Jumat, 30 Mei 2014

Pencatatan dan Pelaporan



Pencatatan dan Pelaporan merupakan kegiatan yang harus diperhatikan oleh tenaga kesehatan (khususnya Epidemiolog) dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik bagi individu, keluarga dan masyarakat.
Untuk dapat melakukan kegiatan Pencatatan dan Pelaporan dengan baik, maka dibutuhkan Data dan Informasi yang Tepat dan Akurat, karena tanpa adanya hal tersebut hasil kegiatan pencatatan dan pelaporan tersebut akan sangat diragukan kebenarannya. Selain pemahaman tersebut di atas, terdapat pula Pengertian Pencatatan dan Pelaporan menurut bebarapa ahli, diantaranya adalah :
1.      Pengertian Pencatatan dan Pelaporan menurut KRON dan GRAY.
PENCATATAN dan PELAPORAN adalah Mengkomunikasikan secara tertulis kepada Tim Kesehatan lain yang memerlukan data kesehatan atau data Epidemiologi secara teratur.
2.      Pengertian Pencatatan dan Pelaporan menurut KOZIER dan ERB.
PENCATATAN dan PELAPORAN adalah Dokumen Formal dan Legal yang dibuat secara tertulis tentang data – data kesehatan. Berdasarkan pengertian - pengertian tersebut, maka dapat pula disimpulkan bahwa :
PENCATATAN dan PELAPORAN merupakan :
1)      Suatu kegiatan mencatat dengan berbagai alat/media tentang data kesehatan yang diperlukan sehingga terwujud tulisan yang bias dibaca dan dapahami isinya.
2)      Salah satu kegiatan administrasi kesehatan yang harus dikerjakan dan dipertanggungjawabkan oleh petugas kesehatan (khususnya Epidemiolog).
3)      Kumpulan Informasi kegiatan upaya pelayanan kesehatan yang berfungsi sebagai alat/sarana komunikasi yang penting antar petugas kesehatan.
TUJUAN Pencatatan dan Pelaporan menurut POTTER dan PERRY adalah :
1)      KOMUNIKASI : sebagai alat komunikasi yang efektf antar petugas kesehatan sehingga kesinambungan informasi dan upaya pelayanan kesehatan dapat tercapai.
2)      PENDIDIKAN : sebagai informasi tentang gambaran penyakit atau masalah kesehatan dan pemecahannya.
3)      PENGALOKASIAN DANA : dapat digunakan untuk merencanakan tindakan dan kegiatan yang tepat dengan dana yang tersedia.
4)      EVALUASI : sebagai dasar ntuk melakukan evaluasi terhadap hasil intervensi yang diberikan.
5)      DOKUMEN YG SAH : sebagai bukti nyata dan legal yang dapat digunakan bila didapatkan adanya penyimpangan serta bila diperlukan untuk keperluan pengadilan.
6)      JAMINAN MUTU : dapat memberikan jaminan kepada masyarakat terhadap mutu layanan kesehatan yang diberikan.
7)      PENELITIAN : merupakan sumber data yang sangat bemanfaat untuk kepentingan penelitian atau riset.
8)      ANALISIS : merupakan dasar analisis masalah kesehatan pada individu, keluarga maupun masyarakat.
9)      FEED BACK : dapat digunakan sebagai umpan balik dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
B. Sistem Pencatatan dan Pelaporan.
1) PENCATATAN
Sistem Pencatatan secara umum terbagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu Sistem Pencatatan. Tradisional dan Sistem Pencatatan Non-Tradisional.
Sistem Pencatatan Tradisional adalah system pencatatan yang memiliki catatan masing-masing dari setiap profesi atau petugas kesehatan, dimana dalam system ini masing-masing disiplin ilmu (Dokter, Bidan, Perawat, Epidemiolog, Ahli Gizi dsb) mempunyai catatan sendiri – sendiri secara terpisah. Keuntungan system ini adalah Pencatatan dapat dilakukan secara lebih sederhana. Kelemahan system ini adalah data tentang kesehatan yang terkumpul kurang menyeluruh, koordinasi antar petugas kesehatan tidak ada dan upaya pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan tuntas sulit dilakukan.
Sistem Pencatatan Non-Tradisional adalah Pencatatan yang berorientasi pada Masalah (Problem Oriented Record /POR). Keuntungan system ini adalah kerja sama antar tim kesehatan lebih baik dan menunjang mutu pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
Setiap petugas kesehatan dituntut untuk membuat pencatatan tentang data kesehatan sebaik mungkin. Adapun system criteria system pencatatan data kesehatan yang baik. mencakup hal – hal di bawah ini :
1.      Pencatatan Harus Sistematis, Jelas, Ringkas dan mengacu pada respon pasien terhadap kejadian penyakit atau intervensi yang diberikan.
2.      Ditulis dengan Baik dan menghindari kesalahan.
3.      Tepat Waktu, ditulis segera setelah tindakan/kegiatan dilakukan.
4.      Ditulis secara Terperinci mencakup What, Why, When, Where, Who and How.
5.      Menghindari kata-kata yang sulit diukur.
6.      Mencantumkan nama jelas dan tanda tangan setelah melakukan pencatatan.
2) PELAPORAN
Pelaporan merupakan cara komunikasi petugas kesehatan yang dapat dilakukan baik. secara tertulis maupun lisan tentang hasil dari suatu kegiatan atau intervensi yang telah dilaksanakan.
LAPORAN LISAN
·         Kelemahan : Kemungkinan yang dilaporkan hanyalah hal-hal yang baik-baik saja dan bersifat subyektif.
·         Keuntungan : Hasil dari kegiatan/intervensi yang telah dilakukan dan data yang telah terkumpul dapat segera ditindaklanjuti dalam waktu yang lebih cepat.
LAPORAN TERTULIS
·         Kelemahan : memakan waktu dan biaya yang lebih.
·         Keuntungan : bisa lebih bersifat Objektif dan lebih terperinci serta
pelaporan dapat bersifat positif maupun negative.
(Rajab 2009)
C. Sistematika Pencatatan dan Pelaporan Epidemiologi.
Sistematika Pencatatan dan Pelaporan Epidemiologi, baik yang berupa hasil penelitian. survey maupun hasil penyelidikan epidemiologi pada umumnya terdiri atas :
1. Judul Laporan
2. Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Permasalahan
c. Tujuan penelitian/survey/penyelidikan epidemiologi
3. Metode
4. Hasil
5. Pembahasan
6. Kesimpulan dan Saran
7. Ringkasan
8. Kepustakaan

1)      Judul Laporan.
Judul Laporan hendaknya dapat menjawab pertanyaan – pertanyaan berupa :
a)      Penelitian/Penyelidikan/Survey Epidemiologi apa yang telah dilaksanakan ? (WHAT)
b)      Di mana Penelitian/Penyelidikan/Survey Epidemiologi tersebut dilaksanakan ? (WHERE)
c)      Kapan Penelitian/Penyelidikan/Survey Epidemiologi tersebut dilaksanakan ? (WHEN)
2)      Pendahuluan.

a)      Latar Belakang.

                    i.            Alasan Penelitian/Penyelidikan/Survey Epidemiologi itu dilakukan.
Misalnya : Meningkatnya angka kematian ibu disuatu wilayah, terjadinya
suatu KLB penyakit tertentu, dll.
                  ii.            Tempat atau wilayah terjadinya kasus-kasus yang sedang diselidiki/ diteliti/
disurvey.
                iii.            Kapan hal itu terjadi.
                iv.            Siapa pelaksana Penelitian/Penyelidikan/Survey Epidemiologi itu.
                  v.            Kapan Penelitian/Penyelidikan/Survey Epidemiologi itu dilakukan.
                vi.            Bagaimana karakteristik geografisnya : misalnya daerah pantai, pegunungan, pedesaan dll.
              vii.            Karakteristik Demografi : jumlah penduduk, distribusi berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, ras dsb.
            viii.            Karakteristik Sosial Ekonomi : Tingkat penghasilan, jeis pekerjaan, adat istiadat dsb.



b)       Permasalahan.
Dalam bahasan ini perlu dituliskan permasalahan dari laporan hasil survey atau penyelidikan epidemiologi yang telah dilakukan. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa timbulnya masalah tersebut karena adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya terjadi sesuai dengan kaidah atau teori yang ada dengan kenyataan yang terjadi dalam masyarakat.
c)      Tujuan.

Isi dalam tujuan ini dapat berupa apa tujuan Penelitian/ Penyelidikan/ Survey Epidemiologi tersebut, khususnya yang berkaitan dengan KIA atau Kebidanan.
3) Metode.
Dalam bagian ini mencakup hal – hal sebagai berikut :
a)      Jenis penyelidikan atau penelitian epidemiologi yang telah dilakukan, apakah survey deskriptif kuantitatif, apakah penelitian induktif dengan sampling ataukah eksperimental dsb.
b)      Siapa atau apa populasinya, termasuk subjek penelitiannya atau respondennya.
c)      Hal-hal yang berkaitan dengan sample, seperti bagaimana cara pengambilan samplenya, berapa besar samplenya atau sample apa yang akan diambil/diteliti.
d)     Peralatan apa saja yang digunakan.
e)      Kapan waktu pelaksanaan Penelitian/Penyelidikan/Survey Epidemiologi tersebut.
4) Hasil.
Dalam bagian ini disajikan semua data, baik data primer maupun sekunder dalam bentuk table atau grafik termasuk peta dan data demografi lainnya. Setiap table, grafik ataupun peta harus diberikan penjelasan yang lengkap.
5) Pembahasan
Semua yang telah dipaparkan dalam uraian hasil Penelitian/Penyelidikan/Survey Epidemiologi dibahas pada bagian ini termasuk analisis dari perhitungan statistic yang diperlukan.
6) Kesimpulan dan Saran.

D. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas :

“Untuk bagian ini silahkan Pelajari Materi sebelumnya dalam MK. Ilmu Kesehatan
Masyarakat tentang SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas)”







BUKU SUMBER


1.      Rajab, W., 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. , pp.165-171. EGC. Jakarta.

2.      Sutomo, A.H. & Machfoedz, I., Suriani & Rosmadewi, 2010. Epidemiologi Kebidanan. , pp.175-180. Fitramaya. Yogyakarta

Resusitasi bayi baru lahir


Prosedur resusitasi bayi baru lahir merupakan bagian dari asuhan Kala Dua untuk penolong tunggal persalinan dan menjadi pelengkap untuk bayi dengan risiko tinggiAsfiksia.
Langkah-langkah dan kegiatan dalam melakukan tindakan prosedurresusitasi bayi baru lahir :

Persiapan

Langkah 1.
Perlengkapan resusitasi harus selalu tersedia dan siap digunakan pada setiap persalinan. Penolong telah mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan DTT/ steril. Persiapan lainnya adalah sebagai berikut :
1.      Tempat resusitasi datar, rata, bersih, kering dan hangat.
2.      Tiga lembar handuk atau kain bersih dan kering.
a.      Untuk mengeringkan bayi
b.      Untuk menyelimuti tubuh dan kepala bayi Untuk ganjal bahu bayi
3.      Alat pengisap lender.
a.      Bola karet bersih dan kering
b.      Pengisap DeLee DTT/ steril
4.      Alat penghantar udara/ oksigen.
5.      Lampu 60 watt dengan jarak dari lampu ke bayi sekitar 60 cm.
6.      Jam.
7.      Stetoskop.
a.      Penilaian bayi baru lahir dan segera setelah lahir.

Langkah 2
1.      Sebelum lahir:
·         Apakah bayi cukup bulan?
·         Apakah air ketuban jernih, tidak tercampur mekonium?
2.      Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan) Sambil menempatkan bayi diatas perut atau dekat perineum ibu, lakukan penilaian (selintas):
·         Apakah bayi menangis atau bernapas/ tidak megap-megap?
·         Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak dengan aktif?
·         Keputusan untuk melakukan resusitasi

Langkah 3
Lakukan resusitasi jika pada penilaian terdapat keadaan sebagai berikut:
1.      Jika bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap tak bernapas dan atau tonus otot bayi tidak baik. bayi lemas – Potong tali pusat, kemudian lakukan langkah awal resusitasi
2.      Jika air ketuban bercampur mekonium:
Sebelum melakukan langkah awal resusitasi, lakukan penilaian, apakah bayi menangis atau bernapas/ tidak megap-megap.Jika menangis atau bernapas/ tidak megap-megap, klem dan potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun, kemudian lakukan langkah awal resusitasi.
Jika megap-megap atau tidak bernapas, lakukan pengisapan terlebih dahulu dengan membuka lebar, usap mulut dan isap lendir di mulut, klem dan potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun, kemudian dilakukan langkah awal resusitasi.
Tindakan resusitasi
Langkah awal
Sambil memotong tali pusat, beritahu ibu dan keluarga bahwa bayi mengalami masalah sehingga perlu dilakukan tindakan resusitasi, minta ibu dan keluarga memahami upaya ini dan minta mereka ikut membantu mengawasi ibu.

Langkah 4
Selimuti bayi dengan handuk/ kain yang diletakkan di atas perut ibu, bagian muka dan dada bayi tetap terbuka.

Langkah 5
Pindahkan bayi ke tempat resusitasi

Langkah 6
Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu yaitu kepala sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu (gunakan handuk/ kain yang telah disiapkan dengan ketebalan sekitar 3 cm dan dapat disesuaikan).


Langkah 7
Bersihkan jalan napas dengan mengisap lendir di mulut sedalam <5 cm dan kemudian hidung (jangan melewati cuping hidung).

Langkah 8
Keringkan bayi (dengan sedikit tekanan) dan gosok muka/ dada/ perut/ punggung bayi sebagai rangsangan taktil untuk merangsang pernapasan. Ganti kain yang basah dengan kain yang bersih dan kering. Selimuti bayi dengan kain kering, Bagian wajah dan dada terbuka.

Langkah 9
Reposisikan kepala bayi dan nilai kembali usaha napas. Perhatikan, Langkah 4 s.d. 9 dilakukan dalam waktu <30 detik.

Langkah 10
Nilai hasil awal, buat keputusan dan lakukan tindakan:
·         Jika bayi bernapas normal/ tidak megap-megap dan atau menangis, lakukan asuhan pasca resusitasi.
·         Jika bayi tidak bernapas spontan atau napas megap-megap, lakukan ventilasi

Langkah 11
Ventilasi dapat dilakukan dengan tabung dan sungkup ataupun dengan balon dan sungkup.
Jika menggunakan tabung dan sungkup:
1.       Udara sekitar harus dihirup ke dalam mulut dan hidung penolong kemudian dihembuskan lagi ke jalan napas bayi melalui mulut-tabung-sungkup.
2.      Untuk memasukkan udara baru, penolong harus melepaskan mulut dari pangkal tabung untuk menghirup udara segar dan baru memasukkannya kembali ke jalan napas bayi (bila penolong tidak melepaskan mulutnya dari pangkal tabung, mengambil napas dari hidung dan langsung meniupkan udara, maka yang masuk adalah udara ekspirasi dari paru penolong).
3.      Jika menggunakan balon sungkup udara dimasukkan ke bayi dengan meremas balon.

Langkah 12
Pastikan bagian dada bayi tidak terselimuti kain agar penolong dapat menilai pengembangan dada bayi waktu peniupan udara/ peremasan balon.

Langkah 13
Pasang sungkup melingkupi hidung, mulut dan dagu (perhatikan perlekatan sungkup dan wajah bayi).
Ventilasi Percobaan

Langkah 14
Tiup pangkal tabung atau remas balon 2 kali dengan tekanan 30 cm air mengalirkan udara ke jalan napas bayi.
Perhatikan gerakan dinding dada
1.      Naiknya dinding dada mencerminkan mengembangnya paru dan udara masuk dengan baik.
2.      Bila dinding dada tidak naik/ mengembang periksa kembali:
·         Perlekatan sungkup, adakah kebocoran?
·         Posisi kepala, apakah dalam posisi menghindu?
Apakah ada sumbatan jalan napas oleh lendir pada mulut atau hidung?Lakukan koreksi dan ulangi ventilasi percobaan.
Ventilasi Definitif/ Lanjutan

Langkah 15
Setelah ventilasi percobaan berhasil maka lakukan ventilasi definitif dengan jalan meniupkan udara pada tabung atau meremas balon dengan tekanan 20 cm air, frekwensi 20 kali dalam waktu 30 detik.

Langkah 16
Lakukan penilaian ventilasi, buat keputusan dan lanjutan tindakan:
1.      Jika bayi bernapas normal dan atau menangis, hentikan ventilasi kemudian lakukan asuhan pasca  resusitasi.
2.      Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan tindakan ventilasi.
Langkah 17
Jika bayi belum bernapas spontan atau megap-megap, lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik selanjutnya dan lakukan penilaian ulang – lihat Langkah 16 bagian 1 dan 2, demikian selanjutnya.
1.      Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas dan resusitasi telah lebih dari 2 menit– nilai jantung,  siapkan rujukan, lanjutkan ventilasi
2.      Pada penilaian ulang hasil ventilasi berikutnya, selain penilaian napas lakukan juga penilaian denyut jantung bayi
3.      Jika bayi tidak bernapas dan tidak ada denyut jantung, ventilasi tetap dilanjutkan tetapi jika hingga 10 menit kemudian bayi tetap tidak bernapas dan denyut jantung tetap tidak ada, pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi.
4.      Tindakan pasca resusitasi

Langkah 18
Bila resusitasi berhasil, lakukan:
1.      Pemantauan tanda bahaya
2.      Perawatan tali pusat
3.      Inisiasi menyusu dini
4.      Pencegahan hipotermi'
5.      Pemberian vitamin K1
6.      Pencegahan infeksi (Pemberian salep mata dan imunisasi hepatitis B)
7.      Pemeriksaan fisik
8.      Pencatatan dan pelaporan.

Langkah 19
Bila perlu rujukan:
1.      Konseling untuk merujuk bayi beserta ibu dan keluarga
2.      Melanjutkan resusitasi
3.      Memantau tanda bahaya
4.      perawatan tali pusat
5.      Mencegah hipotermi
6.      Memberikan vitamin K1
7.      Mencegah infeksi (pemberian salep mata)
8.      Membuat surat rujukan
9.      Melakukan pencatatan dan pelaporan.

Jika saat merujuk keadaan bayi membaik dan tidak perlu resusitasi, berikan vitamin K1 serta salep mata dan susui bayi jika tidak ada kontra indikasi.

Langkah 20
Bila resusitasi tidak berhasil:
1.      Melakukan konseling pada ibu dan keluarga
2.      Memberikan petunjuk perawatan payudara
3.      Melakukan pencatatan dan pelaporan.

Langkah 21
Lakukan pencegahan infeksi pada seluruh peralatan resusitasi yang digunakan:
1.      Dekontaminasi, pencucian dan DTT terhadap tabung dan sungkup serta alat penghisap dan sarung tangan yang dipakai ulang
2.      Dekontaminasi dan pencucian meja resusitasi, kain dan selimut
3.      Dekontaminasi bahan dan alat habis pakai sebelum dibuang ke tempat aman.
4.      Rekam medik tindakan resusitasi

Langkah 22
Catat secara rinci:
1.      Kondisi saat lahir 
2.      Waktu dan langkah resusitasi
3.      Hasil resusitasi

4.      Keterangan rujukan apabila dirujuk.

PERTAMA KALI KE BANGKOK, BUDGET + ITINERARY 5N 6D

HALOOOO BLOG!! Sudah berapa tahun kah aku gak posting di blog??? Sepertinya lamaaa sekali yaaa huhu karena kehabisan content... Ka...